Judul
Praktikum :
Jaringan Otot
Tujuan : Mengetahui
macam-macam jaringan otot dari sediaan
preparat histology berbagai organ dimana sel-sel tersebut
dapat dilihat.
Tanggal
Praktikum :
10 Oktober 2012
A.
Pendahuluan
Otot
adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama.
Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan
otot jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan
dari organ dalam organisme tersebut. Jaringan otot bertanggungjawab untuk
pergerakan tubuh, terdiri atas sel-sel otot yang terspesialisasi untuk
melaksanakan konstraksi dan berkonduksi (menghantarkan impuls). Di dalam
sitoplasmanya ditandai dengan adanya sejumlah besar elemen-elemen kontraktil
yang disebut miofibril yang berjalan menurut panjang serabut otot. Pada
beberapa jenis otot, miofibril terdiri atas lempeng-lempeng terang dan gelap
secara bergantian. Semua segmen gelap letaknya bersesuaian, demikian pula
dengan segmen terangnya. Miofibril tersusun atas protein-protein kontraktil
yaitu aktin dan miosin (Amir, 2001).
Pada
dasarnya jaringan otot terdiri atas sel-sel otot yang sering disebut
serabut-serabut otot. Jaringan otot pada dasarnya juga mengandung jaringan ikat
yang biasanya menyelubungi otot. Struktur jaringan otot
dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan maupun
oleh berbagai bagian tubuh yang satu terhadap yang lain. Sel-sel otot sangat
berkembang dalam fungsi kontraktil dan tidak begitu berkembang dalam hal
konduktivitas. Kekhususan ini meliputi pemanjangan sel-selnya sesuai sumbu
kontraksi (Amir, 2001).
Pada jaringan otot, sel-sel atau serat otot itu biasanya bergabung dalam
berkas-berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat otot saja.
Karena harus melakukan kerja mekanis, serat-serat otot memerlukan banyak
kapiler darah yang mendatangkan makanan dan oksigen, dan mengangkut keluar
produk sisa toksik. Pembuluh-pembuluh darah itu terdapat di dalam jaringan ikat
fibrosa, yang juga berguna untuk mengikat serat-serat otot menjadi satu dan
sebagai pembungkus, pelindung sehingga tarikan dapat berlangsung secara efektif
(Amir, 2001).
Jaringan otot di dalam tubuh kita terspesialisasi untuk kontraksi.
Pergerakan bagian-bagian tubuh kita yang setiap hari kita lakukan selalu
melibatkan kontraksi otot (Amir 2001).
Kemampuan jaringan otot untuk berkontraksi karena adanya protein otot yang
disebut miofibril di dalam setiap sel-sel otot. Kemampuan berkontraksi inilah
yang membedakan sel otot dan sel-sel lainnya di dalam tubuh. Selain itu,
terdapat juga miofilamen
yang merupakan benang-benang/filamen halus yang
berasal dari miofibril (Guyton, 2007).
Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang
disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot
kita berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika
otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja (Bevalander, 1988).
Bagian-bagian sel otot mempunyai sebutan khusus, membran selnya disebut
sarkolema, sitoplasmanya disebut sarkoplasma, retikulum endoplasmanya disebut
retikulum sarkoplasma, dan mitokondrianya disebut sarkosoma (Bevalander,
1988).
Di dalam tubuh kita terdapat tiga macam jaringan otot dengan karakteristik
yang berbeda-beda. Ketiga jaringan otot tersebut adalah otot rangka, otot
jantung, dan otot polos. Secara histologis otot rangka dan otot jantung
tergolong sebagai otot lurik atau otot serat melintang, karena miofibrilnya
memantulkan cahaya gelap dan terang berselang-seling yang berjajar teratur
membentuk pita-pita vertikal terhadap poros otot (Bevalander,
1988).
Sel- sel otot
terspesialisasi untuk kontraksi yaitu, mengandung protein kontraktil yang dapat
berubah dalam ukuran panjang, dan memungkinkan sel – sel untuk memendek. Sel-selnya
sering kali disebut serat-serat otot. Bila suatu serat otot
berkontraksi, ia menjadi lebih pendek dan lebar. Hal ini juga berlaku untuk
setiap sarkomer “filament yang menyelip’’. Pada dasarnya mekanisme-mekansme ini
melibatkan suatu perubahan dalam kedudukan relative dari filament-filament
aktin dan myosin (Bevalander, 1988).
Rangsangan suatu otot mengakibatkan kontraksi
semua myofibril bersama-sama sampai tingkat maksimal. Ini dikenal sebagai hukum
semua atau sama sekali tidak (all or none). Untuk beberapa waktu telah
diketahui bahwa kontraksi itu (sebagian) tergantung pada terdapatnya ion
kalsium dalam sarkoplasma yang mengelilingi myofibril. Akan tetapi sebelum
diketemukan retikulum sarkoplasma dan system T, peranan kalsium ini tidak
jelas. Rangsangan pada serat otot mngakibatkan polarisasi permukaan
dengan cepat, yang kemudian meluas ke bagian dalam seratnya melalui tubula dari
system (Guyton, 2007 ).
Jaringan otot
juga terdiri atas sel – sel panjangyang berkontaksi ketika mendapat impuls
saraf. Tersusun dalam susunan parallel di dalam sitoplaasma, serabut otot
adalah sejumlah besar mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil aktin
dan myosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian
besar hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang
memerlukan energy dalam suatu makhluk hidup yang aktif (Bevalander,
1988).
Serabut otot memiliki elemen kontraktil yang
disebut myofibril. Adanya myofibril menyebabkan serabut otot memiliki kemampuan
berkontraksi. Ada tiga jenis jaringan otot yaitu otot lurik, otot polos, dan
otot jantung. Pada penampang melintang otot lurik tampak tersusun sebagai pita
– pita yang sejajar, inti banyak dan terletak pada bagian perifer di
bawah sarkolemma. Myofibril otot lurik mengandung keping gelap dan terang
secara bergantian dan tampak sebagai garis – garis gelap terang. Diantara
serabut otot terdapat jaringan ikat longgar yang disebut endomesium (Bevalander,
1988).
Pada otot
polos, inti lonjong dan terletak di tengah, myofibrilnya homogeny sehingga
tidak tampak adanya keeping gelap dan terang. Berbeda dengan otot jantung
memiliki garis – garis melintang, namun tidak sejelas otot lurik. Pada tempat
tertentu terdapat kepng – keeping interkalar (Bevalander, 1988).
Sifat kerja
otot dapat dibedakan atas 2 yaitu antagonis dan sinergis, antagonis adalah
kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak berlawanan, contohnya
ekstensor (meluruskan ) dan fleksor (membengkokkan), abductor (menjauhi badan)
dan adductor (mendekati badan), depressor (ke bawah), elevator (ke atas), supinator (menengadah) dan pronator
(menelungkup), sifat kerja yang kedua yaitu sinergis dimana otot-otot yang
berkontraksi menimbulkan gerak searah, contohnya pronator teres dan pronator
kuadratus (Bevalander, 1988).
B.
Alat dan bahan
Alat
|
Bahan
|
mikroskop
|
Preparat
macam-macam jaringan otot
|
Buku
|
|
Atlas
histologi
|
|
C.
Prosedur kerja
D.
Hasil
pengamatan
Kode
|
Gambar Hasil Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
Keterangan
|
||||||
01
|
Gambar 1. Otot Jantung
Pembesaran 10x10
|
otot jantung
|
Otot jantung
1.Serat
melintang
2.inti sel
dipinggir banyak
3.Saraf tak
sadar
- Rangsang
lambat
-
Tidak mudah lelah
|
||||||
02
|
Gambar 2. Otot Lurik
Pembesaran 10x10
|
otot lurik
|
Otot lurik
terdiri atas berkas serabut, setiap serabut merupakan untaian berkas yang
disebut myofibril.
|
||||||
03
|
Gambar 3. Otot Serat Melintang
Pembesaran 10x10
|
otot serat melintang
|
Otot ini bekerja di bawah
kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang
gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang.
|
||||||
04
|
Gambar 4. Non-striated
Muscle
Pembesaran 10x10
|
Non-striated Muscle
|
Otot polos mempunyai serabut kontraktil yang tidak memantulkan cahaya
berselang-seling, sehingga sarkoplasmanya tampak polos dan homogen.
|
||||||
05
|
Gambar 5. Mamalia Streated
Muscle
Pembesaran 10x10
|
Mamalia Streated Muscle
|
Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar.
|
||||||
06
|
Gambar 6. Mamalia involuntary
muscle
Pembesaran 10x10
|
Mamalia involuntary muscle
|
Di dinding organ seperti perut dan usus dan kandung kemih dan
darah kapal (yang tidak termasuk jantung).
|
E. Pembahasan
1. Preparat
awetan otot lurik (Skeletal muscle)
Otot lurik terdiri atas berkas serabut, setiap
serabut merupakan untaian berkas yang disebut myofibril. Setiap myofibril
merupakan susunan linier sarkomer, unit dasar kontraktil otot. Otot ini disebut
berlurik karena karena pengaturan subunit sarkomer pada myofibril yang
bersebelahan membentuk pita – pita terang dan gelap (Campbel, Reece dan Mitchell 2006).
Tiap otot lurik strukturnya terdiri atas badan
dan paling sedikit 2 tempat perlekatan/pertautan. Badan otot disusun oleh
kumpulan serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas (fasciculi). Tiap
berkas tersebut dipisahkan satu sama lain oleh lapisan jaringan ikat yang
disebut perimisium dan kesemua fasikulus tersebut di luarnya dibungkus oleh
lapisan jaringan ikat yang tebal disebut epimisium (Campbel, Reece dan Mitchell 2006).
Jaringan otot bisa ditutup oleh selapis selaput
kolagen serta jaringan ikat dan bertautan dengan tulang melalui beberapa cara.
Umumnya jaringan otot tersebut dilanjutkan oleh tendon yang selanjutnya
bertautan dengan tulang (Campbel, Reece
dan Mitchell 2006).
Namun
bisa juga jaringan otot langsung bertautan dengan tulang atau bergabung
dahulu dengan jaringan ikat, akhirnya bertautan dengan tulang. Ortigo otot
adalah tempat pertautan yang tetap/tidak dapat berpindah, sedang insersio
adalah tempat pertautan pada atau dekat terjadinya gerakan tulang (Campbel, Reece dan Mitchell 2006).
2. Preparat awetan otot polos (Smooth
muscle)
Otot polos, dinamai demikian karena otot ini
tidak memiliki penampilan berlurik, ditemukan dalam dinding saluran pencernaan,
kandung kemih, arteri dan organ internal lainya. Sel–sel itu berbentuk
gelondong. Otot polos berkontraksi lebih lambat dibandingkan dengan otot
rangka, tetapi dapat berkontraksi dalam jangka lama (Supripto, 1994).
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut
(fibril) yang homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos
atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah.
pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot
polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran
pernafasan (Supripto, 1994).
3. Preparat awetan otot jantung
(cardiac muscle)
Otot jantung, juga berlurik, memiliki ciri
kontraktif yang serupa dengan otot rangka. Akan tetapi, berbeda dari otot
rangka, serat otot jantung bercabang dan saling berhubungan melalui cakram
berinterkalar, yang membantu menyerentakkan denyut jantung. kemampuannya
berkontraksi secara ritmis dan secara terus–menerus sebagai akibat dari
aktivitas sel otot jantung yang berpautan. kurang jantung manusia kurang lebih
sebesar kepalan tangan anak kecil. Jantung adalah satu otot tunggal yang
terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di
balik tulang dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke
arah kiri (Supripto, 1994).
Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh
paru-paru, namun tertutup oleh selaput ganda yang bernama perikardium, yang
tertempel pada diafragma. Lapisan pertama menempel sangat erat kepada jantung,
sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk menghindari gesekan
antar organ dalam tubuh yang terjadi karena gerakan memompa konstan jantung (Bevalander,
1988).
F.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah jaringan otot terdiri
atas beberapa otot yaitu, otot lurik, otot jantung dan otot polos. Otot
lurik yang diletakkan ke tulang oleh tendon bertanggung jawab atas pergerakan
tubuh secara sadar. Otot jantung sel-selnya bercabang dan setiap ujung sel
dihubungkan dengan cakram berinterkalar, yang merelai sinyal dari satu sel ke
sel yang lain dalam satu waktu denyutan jantung. Otot polos berkontraksi lebih
lambat dalam jangka waktu yang lama dan dikontrol oleh saraf.
Perbedaan
spesifik dari ketiganya adalah otot lurik mengandung keping gelap dan terang,
diantara serabut otot terdapat jaringan ikat longgar. Otot polos intinya
lonjong dan terletak di tengah dan miofibrilnya homogen. Otot jantung intinya
terletak ditengah, sel-selnya panjang dan bercabang, memiliki garis-garis
melintang, namun tidak sejelas otot lurik.
G.
Daftar Pustaka
Amir. 2001. Sains Biologi. Ganeca exat : Bandung
Bevelander, Gerrit. 1988. Dasar–Dasar
Histologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Campbel, Reece dan Mitchell. 2006. Biologi
Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Guyton. 2007. Buku atlas histology. Edisi II. EGC : Jakarta
Suripto. 1994. Struktur Hewan. Bioogi ITB : Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar