Selasa, 15 Oktober 2013

LAPORAN OBSERVASI: IDENTIFIKASI SUNGAI TERCEMAR (SUNGAI CIDURIAN DAN SUNGAI CITARUM)

IDENTIFIKASI SUNGAI TERCEMAR
(SUNGAI CIDURIAN DAN SUNGAI CITARUM)
LAPORAN

 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan
Meti Maspupah, M.Pd
 
Dosen Mata Kuliah: 
Drs. R. Ading Pramadi, MS











Disusun oleh:
Kel. 04

1.         Mumun Nurmalatifah
NIM. 1211206051
2.         Puzi Agustini
3.         Rohaidah
4.         Wendi Heryana
NIM. 1211206066
NIM. 1211206072
NIM. 1211206089

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI/ IV/ B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas kehendak-Nyalah Laporan Observasi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa kita senandungkan  kepada sang revolusioner sejati Islam, Nabi Muhammad saw.
Dalam laporan ini penyusun membahas hasil observasi kelompok mengenai sungai tercemar, dimana diantaranya yaitu sungai Cidurian dan sungai Citarum. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas lapangan mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. Semoga dengan laporan ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan keilmuan mengenai karakteristik, penyebab, serta penanggulangan dari pencemaran sungai itu sendiri.
Laporan ini tidak lepas dari kekhilafan dan kekurangan. Karenanya segala kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini di masa yang akan datang sangat penyusun nantikan. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bukan hanya bagi kalangan akademis, namun juga bagi masyarakat pada umumnya yang ingin menambah wawasan pengetahuannya.



     Bandung,     Maret 2013

           
              Penyusun








DAFTAR ISI

  Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I    PENDAHULUAN
               A. Latar Belakang.......................................................................................... 1                  
               B. Tujuan....................................................................................................... 1                  
 C. Alat Pendukung........................................................................................ 2
 D. Lokasi Observasi...................................................................................... 2
 E. Waktu Pelaksanaan................................................................................ .. 2
BAB II  DASAR TEORI
               A. Pengertian Pencemaran Lingkungan......................................................... 3
               B. Pengertian Sungai...................................................................................... 4
C. Pencemaran Air/ Sungai..........................................................................   5
D. Indikator Pencemaran............................................................................... 8                  
E. Ciri-ciri dan Dampak Pencemaran............................................................. 9
BAB III  PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
A. Identitas Sungai.....................................................................................   11
B. Keadaan Lingkungan Sekitar Sungai....................................................... 12
C. Kondisi Sungai......................................................................................... 13
D. Faktor Penyebab Pencemaran Sungai....................................................... 14
E. Penanggulangan Pencemaran Sungai........................................................ 15
BAB IV PENUTUP
A.    Simpulan................................................................................................. 18
B.     Saran....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Berbicara mengenai sungai, maka mungkin bagi sebagian orang akan terlintas bayangan mengenai air bersih nan bening yang mengalir diantara batuan besar, dan banyak ikan-ikan hidup di dalamnya. Namun jika melihat kondisi objektif sungai yang ada sekarang, bayangan awal itu pun sepertinya akan seketika pupus. Ya, sungai yang ada sekarang ini sangat jauh berbeda keadaannya jika dibandingkan dengan sungai-sungai yang ada beberapa puluh tahun ke belakang. Air sungai tidak berwarna bening lagi, bau sungai yang menyengat dan pemandangan akan sampah-sampah yang menumpuk di pinggir-pinggir sungai bahkan di dalam sungai bukan menjadi sesuatu yang aneh lagi. Air sungai yang meluap kala hujan mengguyur yang menyebabkan beberapa daerah terendam banjir pun banyak menjadi headline news di beberapa media, dan ini memang sudah seperti sesuatu yang lumrah terjadi. Padahal kita tahu bahwa alam tak akan ‘mengaum’ jika tak ada campur tangan non-positif manusia di dalamnya.
Pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan oleh pola hidup manusia yang kurang peduli terhadap dampak yang akan terjadi, beda dengan pencemaran alam atau perubahan iklim yang bisa menyebabkan bencana alam seperti gunung meletus, longsor ataupun banjir. Dan tidak menutup juga ulah manusia terhadap pencemaran lingkungan sekitar. Karena kegiatan manusia itulah, pencemaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.  Pencemaran memang telah terjadi dimana-mana, dan pencemaran sungai merupakan salah satunya. Dan tentu saja hal ini tidak serta merta terjadi, melainkan memang ada faktor-faktor yang berkontribusi di dalamnya.

B.       Tujuan
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar anak sungai Cidurian dan sungai Citarum serta mencari solusi agar pencemaran yang terjadi setidaknya sedikit berkurang.


C.      Alat Pendukung
1.)    Buku catatan
2.)    Alat tulis
3.)    Kamera digital
4.)    Alat perekam

D.      Lokasi Observasi
1.    Nama Anak Sungai     : Cidurian
Alamat                                    : Jln. Merkuri Timur No. 1 Margahayu Raya
                                           Kota Bandung
2.    Nama Sungai               : Citarum
Alamat                                    : Jln. Dayeuh Kolot
                                           Kota Bandung

E.       Waktu Pelaksanaan
Hari                      : Jum’at dan Selasa
Tanggal                : 22 Maret 2013 dan 26 Maret 2013















BAB II
DASAR TEORI

A.    Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan ke dalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut.
Menurut Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 tahun 1982, pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. (http://weblogask.blogspot.com/2012/05/pencemaran-sungai-pengertian-penyebab. html.)
Polutan adalah suatu zat atau bahan yang kadarnya melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, sehingga merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya: bahan kimia, debu, panas dan suara. Polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya malah merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Berdasarkan lingkungan yang terkena polutan (tempat terjadinya), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Pencemaran air
2. Pencemaran tanah
3. Pencemaran udara
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Manusia adalah merupakan satu-satunya komponen lingkungan hidup biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan sengaja merubah keadaan lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan hidupnya ini dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat berbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mencegah terjadinya pencemaran.
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa manusia.

B.       Pengertian Sungai
Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh sungai. Sungai adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi ketahanan hidup.
Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. sedangkan PP No. 35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa, atau ke sungai yang lain.
Bantaran sungai berbeda dengan sempadan sungai. Bantaran sungai adalah areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri luapan air sungai. Fungsi bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat banjir (high water channel). Menurut UU No. 35 1991 tentang sungai, menyebutkan pengertian Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai di hitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Sehubungan dengan itu maka pada bantaran sungai di larang membuang sampah dan mendirikan bangunan untuk hunian.
Sedangkan sempadan sungai adalah wilayah yang harus diberikan kepada sungai. Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat, sempadan sungai berfungsi sebagai daerah parkir air sehingga air bisa meresap ke tanah. Di samping itu, sempadan sungai merupakan daerah tata air sungai yang padanya terdapat mekanisme inflow ke sungai dan outflow ke air tanah. Proses inflow outflow tersebut merupakan proses konservasi hidrolis sungai dan air tanah pada umumnya. Secara ekologis sempadan sungai merupakan habitat di mana komponen ekologi sungai berkembang.
Kondisi sungai di Indonesia mengalami berbagai permasalahan diantaranya :
1.      Pendangkalan sungai yang disebabkan endapan lumpur akibat erosi.
2.      Sempadan sungai menyempit karena tumbuh permikiman liar di sekitar bantaran sungai.
3.      Rusaknya fungsi sempadan karena dikonversi untuk lahan pertanian, perkebunan, dan perumahan.
4.      Semakin berkembangnya permukiman di sepanjang bantaran sungai, sehingga lingkungan rusak dan kotor.

C.      Pencemaran Air/ Sungai
Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat di gunakan untuk tujuan penggunaannya.Yang dimaksud dengan air tercemar air adalah air yang telah di masuki makhluk hidup (mikro organisme), zat atau energi akibat kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebababkan air tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan peruntukannya, air (tidak termasuk air laut) di bagi empat golongan, yaitu:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.
Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan eksistensi manusia, dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran disebut bahan pencemar atau polutan.
Faktor-faktor yang menentukan pencemaran :
1. Jumlah penduduk;
2. Jumlah sumberdaya alam yang digunakan oleh setiap individu;
3. Jumlah polutan yang dikeluarkan oleh setiap jenis sumberdaya alam;
4. Teknologi yang digunakan.
Pencemaran merupakan sebuah siklus yang selalu berputar dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pada hakikatnya antara aktivitas manusia dan timbulnya pencemaran terdapat hubungan melingkar berbentuk siklus. Agar dapat hidup dengan baik manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mengembangkan teknologi. Akibat sampingan dari pengembangan teknologi adalah bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini merupakan stimulus agar manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Tiap pencemaran mempunyai derajat pencemaran atau tahap pencemaran yang berbeda didasarkan pada :
1. Konsentrasi zat pencemar
2. Waktu tercemarnya
3. Lamanya kontak antara bahan pencemar dengan lingkungan.
Menurut WHO, ditetapkan empat tahapan pencemaran :
1.    Pencemaran tingkat pertama
Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik dilihat dari kadar zat pencemarannya maupun waktu kontaknya dengan lingkungan.
2. Pencemaran tingkat kedua
Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada pancaindera dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya.
3. Pencemaran tingkat ketiga
Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis.
4.    Pencemaran tingkat keempat
Pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian dalam lingkungan karena kadar zat pencemar terlalu tinggi. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pencemaran Air, disebabkan oleh :
1.    Limbah Pertanian. Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia, orang yang memakannya akan mati. Untuk mencegahnya, upayakan memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable (dapat terurai secara biologi) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obat ke sungai. Pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi), karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal ini akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air terhalang dan tidak dapat masuk ke dalam air, sehingga kadar oksigen dan sinar matahari berkurang.
2.    Limbah Rumah Tangga. Limbah rumah tangga berupa berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia), atau bahan anorganik misalnya plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah yang tertimbun menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Pencemar lain bisa berupa pencemar biologi seperti bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan, akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, akan ditemukan cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya limbah organik dari limbah pemukiman.
3.    Limbah Industri. Limbah industri berupa polutan organik yang berbau busuk, polutan anorganik yang berbuih dan berwarna, polutan yang mengandung asam belerang berbau busuk, dan polutan berupa cairan panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan minyak menggenangi lautan sampai jarak ratusan kilometer. Tumpahan minyak mengancam kehidupan ikan, terumbu karang, burung laut, dan organisme laut lainnya untuk mengatasinya, genangan minyak dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak tersebar, kemudian ditaburi dengan zat yang dapat menguraikan minyak.
4.    Penangkapan Ikan Menggunakan racun. Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan), potas (racun kimia), atau aliran listrik untuk menangkap ikan. Akibatnya, yang mati tidak hanya ikan tangkapan melainkan juga biota air lainnya. (http://minamini.wordpress.com/tag/solusi-masalah-pencemaran-air/.)

D.      Indikator Pencemaran
Untuk memantau pencemaran air sungai digunakan kombinasi parameter fisika, kimia dan biologi. Tapi yang sering digunakan hanya parameter fisika seperti temperatur, warna, bau, rasa dan kekeruhan air, ataupun parameter kimia seperti  partikel terlarut, kebutuhan oksigen biokimia (BOD), partikel tersuspensi (SS), amonia (NH3). Bahan-bahan polutan bagi pencemaran air dalam bentuk pencemar fisika, kimiawi dan biologis dibagi menjadi 8 kelompok yaitu:
1.    Agen penyebab penyakit (bakteri, virus, protozoa, parasit).
2.    Limbah penghabis oksida (limbah rumah tangga, kotoran hewan dan manusia, bahan organik dan sebagainya).
3.    Bahan kimia yang larut dalam air (asam, garam, logam beracun dan senyawa lain).
4.    Pupuk anorganik (garam nitrat dan fosfat yang terlarut).\
5.    Bahan kimia organik (minyak, bensin, plastik, pestisida).
6.    Bahan sedimen atau suspensi (partikel tanah, pasir dan bahan anorganik lain yang melayang dalam air).
7.    Bahan-bahan radioaktif
8.    Panas
Zat-zat organik akan mengalami pembusukan menghasilkan senyawa-senyawa lain yang beracun, menurunkan kadar oksigen terlarut, meningkatkan suhu dan menurunkan keasaman (PH), warna air akan berubah menjadi coklat kehitaman dan apabila oksigen benar-benar habis akan mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Benda-benda yang dapat menyebabkan turun atau rusaknya kualitas air berasal dari benda-benda yang berbentuk gas adalah sebagai berikut:
1.         Gas Oksigen (O ) atau zat asam; diperlukan untk makhluk hidup yang berada di udara, daratan maupun di dalam air.
2.         Gas lain dalam air (CO , CO, H S): Gas CO terbentuk karena proses pembakaran bahan-bahan minyak, batu bara dan lain-lain kurang sempurna, gas CO yang berada di udara dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian, air tidak terdapat CO, H S terjadi pada proses pembusukan zat-zat organik, penyebab bau busuk.

E.       Ciri-ciri dan Dampak Pencemaran
Air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia atau mineral terutama oleh zat-zat atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan.  Adapun beberapa indikator bahwa air sungai telah tercemar adalah sebagai berikut:
1.         Adanya perubahan suhu air. Air yang panas apabila langsung dibuang ke lingkungan akan mengganggu kehidupan hewan air dan mikroorganisme lainnya.
2.         Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai berkisar pH berkisar antara 6,5–7,5.
3.         Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. Air dalam keadaan normal dan bersih pada umumnya tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih, tetapi hal itu tidak berlaku mutlak, seringkali zat-zat beracun justru terdapat pada bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air. Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya pencemaran. Apabila air memiliki rasa berarti telah terjadi penambahan material pada air dan mengubah konsentrasi ion Hidrogen dan pH air.
4.         Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. Bahan buangan yang berbentuk padat, sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air besama koloidal, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan fotosintesis.
5.         Adanya mikroorganisme. Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari limbah industri ataupun domestik. Bila bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, maka mikroorganisme akan ikut berkembangbiak. Pada perkembangbiakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembangbiak pula.
6.         Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Zat radioaktif dari berbagai kegiatan dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik efek langsung maupun efek tertunda.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain:
1.          Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.
2.          Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi).
3.          Pendangkalan dasar perairan.
4.          Punahnya biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga air.
5.          Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah.
6.          Menjalarnya wabah muntaber.















BAB III
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI

A.    Identitas Sungai
Dalam observasi yang kelompok kami lakukan, kami mengambil sampel sungai Citarum dan anak sungai Cidurian. Sungai Citarum mengalir dari hulu di daerah Gunung Wayang, di sebelah selatan kota Bandung menuju ke utara dan bermuara di Kerawang. Dengan panjang sekitar 225 kilometer, Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Citarum mengalami sejarah yang tak kalah panjang dan berliku.
Sungai Cidurian yang merupakan salah satu anak sungai dari sungai Citarum tersebut terletak di Margahayu Raya, Kota Bandung. Kami mengobservasi kedua sungai ini karena melihat kondisi sungai yang cenderung sudah tercemar. Kami juga mengunjungi Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citarum yang terletak di Jl. Inspeksi Cidurian Soekarno-Hatta untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai sungai yang kami observasi.
Description: Description: Description: Description: D:\TINGKAT 2 SEMESTER GENAP (Smt. IV)\1. PENGETAHUAN LINGKUNGAN\LAPORAN OBSERVASI PENGLING KEL. 04\Pengling\SAM_0831.JPG 



















Gambar 3. PU Perairan
 
 









B.     Keadaan Lingkungan Sekitar Sungai
Di sepanjang sungai Cidurian yang kami kunjungi yaitu yang terletak disamping Rumah Sakit Al-Islam, terdapat pangkalan ojeg, rumah makan, dan semakin ke dalam terdapat banyak pemukiman serta lembaga pendidikan. Setelah kami melakukan penelusuran sepanjang kali Cidurian, kami menemukan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang disediakan oleh pemerintah, namun tidak terkelola dengan baik melihat banyaknya sampah yang berserakan diluar gerbang TPS.
Untuk kondisi di sepanjang perjalanan menuju Sungai Citarum terdapat pasar Dayeuhkolot, pabrik-pabrik besar, dan juga pemukiman warga yang beberapa diantaranya masih digenangi lumpur karena sehari sebelum kami melakukan observasi ke daerah sekitar sungai Citarum, banjir ternyata melanda daerah sekitar pemukiman warga tersebut.



























Gambar 4. Beberapa Potret Tempat Sepanjang  Kali Cidurian
 
 






























Gambar 5. Beberapa Potret Rumah Warga Pinggir Sungai Citarum
 
 








C.    Kondisi Sungai
a.    Sungai Cidurian
Secara objektif, sungai yang memiliki panjang kurang lebih 28 km dari mulai Kabupaten Bandung Barat-Lembang sampai Dayeuh Kolot ini kondisi sungainya belum terkategori sangat tercemar. Seperti diutarakan oleh Bapak Sony sebagai Penanggung Jawab sungai Cidurian yang menyatakan bahwa air di sungai Cidurian ini bisa dikatakan cukup bening jika dibandingkan dengan anak sungai yang lainnya. Tapi untuk sampah memang banyak berserakan, baik itu sampah yang terdapat di pinggir-pinggir sungai maupun sampah yang terdapat di sungainya itu sendiri.
Menurut penuturan warga, daerah disekitar sungai Cidurian ini tidak telalu sering terkena banjir. Jika banjir datang pun hanya melanda pemukiman warga di daerah hilir sungai. Banjir tersebut terjadi karena penumpukan sampah sepanjang sungai yang menimbulkan pendangkalan serta di dukung oleh hujan yang deras dan rentang waktunya lama.









 
















Gambar 6. Sampah di Sekitar Sungai Cidurian
 
 







b.    Sungai Citarum
Hulu sungai Citarum terletak di pangalengan, dan yang sangat tercemar sampai Saguling. Kami sendiri melakukan observasi sungai Citarum di daerah Dayeuhkolot dimana sehari sebelum kami melakukan observasi, di wilayah sekitar Sungai Citarum tersebut dilanda banjir, sehingga kondisi awal yang teramati oleh kami dari atas jembatan hanya air yang mengalir berwarna coklat tanpa ada sampah yang terlihat. Tapi ketika mengamati lebih lanjut, dipinggir-pinggir atau di sepanjang sungai Citarum ini mulai terlihat banyak sampah yang berserakan. Tidak heran menurut penuturan warga, daerah ini termasuk dalam daerah rawan banjir. Walaupun hujan hanya turun dalam kurun waktu sebentar, tapi itu tetap dapat menyebabkan banjir.











 





 






Gambar 7. Sampah di Sekitar Sungai Citarum
 
 



D.    Faktor Penyebab Pencemaran Sungai
Untuk sungai Cidurian, warga mengklaim bahwa faktor penyebab terjadinya pencemaran sungai di kali Cidurian tersebut adalah dari sumbangan limbah rumah tangga dan juga dari pabrik. Tetapi setelah dikonfirmasi ke pihak PU Perairan, pada prinsipnya untuk kali cidurian ini faktor pencemarnya hanya terbatas dari limbah rumah tangga saja.
Berbeda dengan sungai Cidurian, faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di sungai Citarum ini lebih dominan dari limbah pabrik yang memberi sumbangsih negatif terhadap kondisi sungai Citarum. Pabrik-pabrik yang ikut menyumbang limbah ke sungai citarum diantaranya pabrik yang terdapat di daerah Majalaya, Dayeuhkolot, Baleendah, Banjaran, Rancaekek, dan lain-lain. Selain limbah dari pabrik dan limbah rumah tangga, sumbangan limbah pun datang dari anak sungai Citarum itu sendiri, dimana salah satunya adalah sungai Cidurian.



E.     Penanggulangan
Ada beberapa solusi yang dapat dijadikan pertimbangan agar pencemaran sungai yang terjadi sekarang ini setidaknya dapat sedikit berkurang, diantaranya yaitu dengan pemerintah melakukan konservasi sumber daya air, sebagaimana yang tertulis pada Undang-Undang Sumber Daya Air. Dalam Undang-Undang Sumber Daya Air, dijelaskan bahwa “konservasi sumber daya air salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang dilakukan dengan cara mengelola air sungai yang baik dan benar” (Undang-Undang Sumber Daya Air 2004). Pengendalian pencemaran tersebut dilakukan dengan mencegah masuknya benda-benda yang dapat mencemarkan sumber air terutama sungai. Tujuan dari pengelolaan dan pengendalian pencemaran air ialah mempertahankan serta mengembalikan kualitas air sehingga menjadi lebih baik (Undang-Undang Sumber Daya Air 2004).
Beberapa cara lain juga dapat dilakukan untuk mencegah masuknya benda-benda yang dapat mencemarkan sungai. Untuk pabrik-pabrik besar, biasanya digunakan kolam indikator untuk mengetes apakah limbah yang akan dibuang ke sungai mengandung zat kimia berbahaya atau tidak. Di dalam kolam indikator tersebut dimasukkan ikan mas, yang nantinya akan bereaksi terhadap air yang tercemar atau tidak. Ikan mas merupakan ikan yang cukup peka dan mudah stress bila berada di lingkungan yang tidak baik. Dengan adanya ikan mas, dapat diketahui dengan mudah apakah limbah yang dibuang berbahaya atau tidak.
Masuknya benda-benda yang mencemarkan sungai ini biasanya juga disebabkan oleh adanya pemukiman di bantaran sungai. Pemerintah kota diharapkan dapat melakukan relokasi terhadap pemukiman ini, sehingga bantaran sungai dapat steril dari pemukiman warga. Selain melakukan relokasi, pemerintah juga diharapkan melakukan kegiatan pembersihan sungai dari sampah secara rutin. Sampah yang mengendap di sungai tentunya akan mengurangi kualitas air sungai.
Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, diantaranya dengan membuang sampah pada tempatnya. Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran airnya terhambat. Akibatnya, samapah akan menumpuk dan membusuk. Sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, bisa meyebabkan banjir pada musim hujan. Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampah-sampah tersebut dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga menjadi kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng bekas dapat di daur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang lainnya.
Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia, sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar di perairan. Denan demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem. Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle), mendaur pakai (reuse). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi “masyarakat kimia”, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.
Menciptakan tempat pembuangan sampah yang cukup dan memadai. Hal ini mutlak dilakukan agar sistem pembuangan sampah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sampah menjadi kontribusi tertinggi dalam pencemaran air. Jika masalah sampah dapat segera teratasi maka pencemaran air pun juga akan teratasi dengan cepat.
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana. Usaha pencegahan pencemaran air ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:
1.      Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah.
2.      Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah di perairan.
3.      Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.
4.      Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang di perairan.
5.      Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan umum.
6.      Semua ketentuan di atas bila tidak dapat dipenuhi dapat dikenakan sanksi.
Segala upaya dapat saja dilakukan oleh pemerintah, namun cara mencegah pencemaran sungai yang paling utama ialah dari dalam diri sendiri. Seseorang seyogyanya sadar untuk tidak mencemari sungai, terutama dengan sampah. Sebagai warga masyarakat, kita harus sadar akan lingkungan. Kita harus membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama membuang sampah ke sungai.


















BAB IV
PENUTUP

A.       Simpulan
Dari hasil observasi dan analisa yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sungai Cidurian belum terkategori sebagai sungai yang sangat tercemar, tapi masih terkategori sebagai sungai dengan pencemaran ringan. Penyebab terjadinya pencemaran sungai di Kali Cidurian terbatas hanya karena faktor limbah rumah tangga. Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat. Selain untuk pertanian, air Sungai Citarum juga digunakan untuk berbagai keperluan industri. Sayangnya, industri ini pula yang jadi salah satu penyebab tercemarnya sungai Citarum. Tak heran Citarum menyandang sebagai sungai paling tercemar di dunia. Penanggulanggan terhadap pencemaran air sungai bisa dilakukan dengan konservasi sumber daya air, merelokasi rumah-rumah penduduk dibantaran sungai serta penyadaran diri masing-masing untuk tidak mencemari sungai. Melalui cara-cara tersebut, diharapkan dampak yang ditimbulkan dari sungai yang tercemar dapat teratasi.

B.       Saran
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, saran penyusun kepada pemerintah agar lebih tanggap dalam menyikapi masalah pencemaran lingkungan, dimana salah satunya adalah masalah pencemaran sungai dengan merekontruksi kebijakan-kebijakan yang ada. Dan saran penyusun untuk warga (termasuk pesan kepada kami sendiri) agar dapat lebih menjaga lingkungan beserta seluruh komponen di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2013. Cara Efektif Mengatasi Pencemaran Air. http://www.anneahira.com/cara-mengatasi-pencemaran-air.htm. Diakses tanggal 28 Maret 2013
Anonim. 2011. Definisi, Permasalahan dan Karakteristik Sungai di Indonesia. http://tanjungpanduwijayan2011.blogspot.com/2011/04/definisi-permasalahan-dan-karakteristik.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Anonim. 2012. Pencemaran Sungai  (Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara Mengatasinya). http://weblogask.blogspot.com/2012/05/pencemaran-sungai-pengertian-penyebab.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013

Elz. 2012. Potensi Sungai Citarum terhadap Banjir di Bandung Selatan. http://www.iPotensi Sungai Citarum Terhadap Banjir di Bandung Selatan. Indosiar.com/ragam/potensi-sungai-citarum-terhadap-banjir-di-bandung-selatan_21394.html, Diakses tanggal 28 Maret 2013

Inggriani, Andewi. 2013. Penanggulangan Pencemaran Air. http://uphilunyue.blogspot.com/2013/03/penanggulangan-pencemaran-air.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013
Minamini. 2010. Masalah Pencemaran Air. http://minamini.wordpress.com/tag/solusi-masalah-pencemaran-air/. Diakses tanggal 28 Maret 2013
Zuhra, Fatimah. 2010. Ciri-ciri Air Tercemar. http://cupacupa91.blogspot.com/2010/03/ciri-ciri-air-tercemar.html.  Diakses tanggal 27 Maret 2013












Lampiran
 



































Beberapa “Aksi” Observer Saat Melakukan Observasi
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar