Rabu, 20 Maret 2013

HEWAN BUNGA BERTENTAKEL


HEWAN BUNGA BERTENTAKEL
MAKALAH

 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir
Mata Kuliah Zoologi Invertebrata
Dosen Mata Kuliah: 
Sumiyati Sa’adah, M.Si




 
Oleh:
Puzi Agustini
NIM. 1211206066

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI/ III/ B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Filum Coelenterata lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido, yang berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang terdapat di sekitar mulutnya.
Anthozoa merupakan salah satu kelas yang terdapat dalam filum ini. Ada beberapa hal yang terkategorikan unik dalam kelas ini, diantaranya karena hewan-hewan pada kelas ini memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Selain itu juga terdapat simbiosis unik yang terjadi antara anemon penyengat dengan damselfishes tertentu, yang sebagian besar termasuk dalam genus  Amphiprion. Terlihat salah satu jenis dalam genus Amphiprion, yaitu ikan badut yang sangat nyaman berenang-renang di antara semak anemon laut tapi tidak terkena sengatan dari  anemon laut. Lalu terdapat satu hewan lagi dalam kelas ini yang memiliki banyak manfaat, yaitu koral atau karang yang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang.
Berangkat dari fakta-fakta unik yang ada serta rasa keingintahuan saya, maka tercetuslah pemikiran untuk membuat makalah mengenai kehidupan kelas Anthozoa dan hewan-hewan yang termasuk dalam kelas Anthozoa.

1.2    Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat di kaji dalam makalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.        Bagaimana ciri atau karakteristik dari filum coelenterata dimana di filum tersebut terdapat kelas anthozoa?
2.        Bagaimana pula karakteristik dari kelas Anthozoa yang menjadi judul besar dalam makalah ini?
3.        Bagaimana karakteristik dari hewan-hewan invertebrata yang termasuk dalam kelas Anthozoa?
4.        Lalu apakah peran hewan-hewan tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Filum Coelenterata
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenteron yang artinya rongga. Jadi, Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).
Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki. Coelenterata pada fase polip umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni, melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas, sehingga menyerupai tumbuhan yang tertambat. Di dalam tubuh polip ini terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus. Di bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk berperan untuk menangkap mangsa. Tentakel punya sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis)  Polip merupakan fase vegetatif pada coelenterata, karena bisa melakukan fragmentasi pemutusun bagian dari tubuhnya itu untuk membentuk individu baru .
Selain fase polip, terdapat pula fase medusa. Fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada fase ini menghasilkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung dan punya tentakel yang melambai-lambai. Kita biasa menamakannya dengan ubur-ubur .
Coelenterata mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga Gastrovaskuler. Simetri tubuhnya Radial dan terdapat Tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga). Coelenterata termasuk hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol.
Sistem saraf  terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin.
Sebagian besar Coelenterata hidup di laut kecuali hydra sp. dan beberapa jenis lainnya. Hewan tersebut mempunyai dua fase bentuk tubuh yaitu fase Polip dan fase Medusa. Polip adalah fase saat hewan melekat pada suatu substrat (tidak dapat berpindah) sedangkan medusa adalah fase saat hewan dapat bergerak bebas.
 





 


     Fase Polip
 



 




             Fase Medusa
Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam. Ada yang penjangnya beberapa milimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea. Tubuh Coelenterata simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip. Medusa berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang.
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam mulut. Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar.Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni.  Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma).G amet dihasilkan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip. Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah hydra.
Coelenterata dibedakan dalam empat kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, Anthozoa, dan Cubozoa. Berikut deskripsi dua kelas dari filum Coelenterata.
1.      Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup soliter. hidup di dalam air tawar. Ujung tempat letaknya mulut disebut ujung Oral sedangkan yang melekat pada dasar disebut ujung Aboral. Cara reproduksi hewan disebut adalah dengan cara vegetatif maupun generatif. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia.
Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut.Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Hydra

Obelia
Ciri-ciri :
a.    Bentuk tubuhnya seperti ular air
b.   Hidup di air tawar secara polip atau medusa
c.    Hidra bergerak debgab cara melekukkan badannya seperti ulat jengkal
d.    Pencernaan makanan dengan cara ekstraseluler didalam rongga gastrovaskuler dan intraseluler didalam vakuola sel gastrodermis
e.     Reproduksi secara aseksual yaitu dengan membentuk tunas dan seksual dengan peleburan antara sperma dan ovum
f.      Bentuk tubuh seperti silinder yang mulutnya terletak pada bagian tubuhnya yang dinamakan hypostom
2.      Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya.Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur.Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm.Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual.Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual hanya pada tingkat larva. Larva disebut  Planula, kemudian menjadi polip yang disebut Skifistoma. Dari skifistoma terbentuk medusa yang disebut Efira..Contoh Scyphozoa adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens.
Ciri-ciri :
      a.       Bentuk tubuh seperti mangkuk
      b.      Hidup dilaut
      c.       Bagian tepi tubuhnya dikelilingi oleh tentakel
      d.      Disekitar mulutnya terdapat empat lengan yang dilengkapi oleh nematikis
      e.       Alat pencernaan berupa saluran bercabang
      f.       System syarafnya berupa anyaman
      g.      Contoh umum di Indonesia adalah Aurelia sp dan obelia sp
       









Aurelia aurita
Aurelia aurita merupakan anggota filum Coelenterata, kelas Scyphozoa. Mempunyai bentuk seperti mangkuk dan dikenal sebagai Jelly Fish.


2.2 Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, Anthos yang berarti bunga, dan Zoon yang berarti  hewan. Hewan pada kelas ini  memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa melimpah jumlahnya di laut hangat dangkal secara berkoloni. Sepanjang garis pantai sampai kedalaman 17.400 kaki. Kelas Anthozoa merupakan kelas yang terbanyak anggotanya dari filum coelenterate, yaitu sekitar 6.000 spesies. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari tiga kelas Coelenterata lainnya. Hewan pada kelas Anemon ada yang hidupnya soliter seperti anemone, atau berkoloni seperti karang (koral).
1.      Anemon Laut
Anemon laut ini merupakan salah satu anggota kelas Anthozoa filum Cnidaria yang bentuk tubuhnya bervariasi dengan kombinasi warna yang indah dipandang (Carson, 1974). Bentuk anemon laut terlihat seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemon merupakan jenis hewan. Anemon laut adalah jenis hewan yang biasanya menggunakan sebuah kaki untuk menempel di batuan. Beberapa anemon laut dapat bergerak. Pergerakan anemon laut seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Beberapa jenis anemon diketahui melepaskan diri dari tempat menempelnya saat diserang predator atau saat lingkungan mengalami perubahan dan sumber makanan menipis. Hewan ini terlihat seperti tumbuh-tumbuhan karena pada umumnya hanya berpindah mengikuti aliran arus air.
Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama, yaitu Anthozoa. Perbedaan utama adalah karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak. Lebih dari 1.000 spesies anemon laut ditemukan di perairan pantai, perairan dangkal (terumbu karang), dan perairan laut dalam di seluruh dunia.
Anemon laut adalah binatang invertebrata yang tidak memiliki tulang belakang atau tidak memiliki skeleton pada seluruh tubuhnya. Anemon merupakan hewan predator yang tampak seperti bunga, memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Tubuhnya radial semetrik, columnar dan memiliki satu lubang mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Tentakel dapat melindungi tubuhnya terhadap serangan predator lain dan dapat pula digunakan untuk menangkap makanannya. Anemon laut biasanya memiliki ukuran diameter tubuh 1-4 inchi (2,5-10 cm), tetapi beberapa anemon ada juga yang dapat tumbuh mencapai diameter tubuh 6 kaki (1,8 m).
Menurut Shimek (2006), secara umum anemon laut adalah hewan berkantung yang mempunyai tentakel dan mulut pada pada bagian atas dan pedal disk pada bagian bawah. Pedal disk atau kaki jalan ini secara khusus digunakan oleh anemon untuk melengketkan tubunya pada substrat. Anemon laut tergolong binatang yang dapat memakan binatang apa saja yang hidup di laut, namun ia lebih bersifat karnivora. Jenis makanan yang bisa disantap adalah moluska, krustasea, ikan, dan berbagai invertebrata lainnya. Juga dapat memakan detritus, feses, dan bahan organik.
a. Karakteristik Anemon laut
Anemon adalah kelompok hewan yang tubuhnya memiliki beraneka warna dan lunak. Bentuk tubuhnya menyerupai bunga apabila anemon tersebut mengembangkan tentakelnya. Tubuh anemon (di lihat dari bagian luar) terbagi tiga bagian, yaitu keping dasar atau pangkal, batang dan keping mulut (Hyman, 1940). Sedangkan menurut Brusca and Brusca (2003), tubuh bagian anemon terbagi lima yaitu keping dasar, batang, tentakel, keeping mulut dan mulut. Hewan ini siklus hidupnya berbentuk polip yang berukuran kecil, akan tetapi menurut Brusca and Brusca (2003) ada polip yang besar seperti pada spesies Stichodactyla mertensii yang berada pada daerah tropik Indo-Pasifik. Menurut Suwignyo et al. (2005), karakteristik anemon laut secara umum diantaranya:
1. Polip soliter
2. Biasanya mempunyai pedal disk semacam kaki
3. Siphonoglyph biasanya berjumlah 2
4. Tidak mempunyai rangka
5. Hidup menempel tetapi tidak melekat pada batu, pasir, atau hewan avertebrata lain
6. Dapat merayap menggunakan pedal disk semacam kaki
 






Secara umum anemon laut merupakan sejenis coelenterata dengan struktur tubuh berbentuk polip, hidup secara soliter, mempunyai tinggi antara 1,5-5 cm dengan diameter 1-2 cm. Bagian ternbesar pada tubuh anemon laut adalah sebuah batang tubuh seperti tabung (column), dibawah aboral terdapat telapak kaki yang datar (pedal disk), dibagian oral agak melebar terdapat mulut yang dikelilingi tentakel bolong berjumlah enam helai sampai beberapa ratus helai dan tidak pernah ada yang hanya delapan helai (Suwignyo et al., 2005).
b. Sel Penyengat (Nematosit) pada Anemon Laut
Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar laut. Lipatan yang bundar di antara badan dan keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat "fossa". Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping mulut tidak dilengkapi dengan tentakel. Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat yang berguna untuk melindungi dirinya dari predator.
Menurut Mebs (2009), anemon memiliki tentakel yang berisi sel penyengat (nematosit) yang mengandung racun yang terdiri dari zat kimia peptida dan protein yang berfungsi untuk melumpuhkan dan menangkap mangsa. Dikatakan lebih lanjut oleh Mebs, tentakel anemon berfungsi sebagai pertahan dan perlindungan oleh ikan anemon terhadap predator. Jumlah tentakel bervariasi dan umumnya menutupi keping mulut. Kebanyakan nematosit mengandung racun yang berbeda-beda dalam kekuatan dan aktifitasnya.
Menurut Hadi dan Sumadiyo (XVII), jumlah tentakel bervariasi dengan kelipatan dari enam dan tersusun dalam dua deret lingkaran berturut-turut di mulai dari lingkaran yang paling dalam. Tentakel tersusun melingkar atau berderet radial dengan jumlah kelipatan enam tentakel pertama, enam tentakel kedua, dua belas tentakel ketiga, dua puluh empat tentakel ke empat dan seterusnya.
Beberapa anemon mengandung bisa yang beracun yang terkonsentrer pada tentakel. Sengat atau bisa penyengat dari anemon ini mengandung dua jenis protein aktif dan yang lemah, salah satu dari protein ini (yang aktif) tampaknya dapat menghalangi penyaluran ion-ion pada sel-sel saraf mang-sanya, sehingga menghentikan sinyal saraf. Kedua protein ini secara bersama-sama berfungsi sinergis dan menyerang daerah sel-sel darah merah sedemikian rupa dan raksinya seperti pada bisa lebah dan ular.
c. Reproduksi Anemon Laut
Reproduksi anemon laut umumnya dilakukan baik secara seksual maupun aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara memutuskan bagian kakinya, yaitu bagian dari lingkar kaki yang ditinggalkan pada saat binatang tersebut berpindah tempat. Jenis anemon lain dengan cara merangkak perlahan ke arah yang berlawanan hingga tubuhnya terputus menjadi dua bagian. Bagian tersebut kemudian membulat dan hidup menjadi anemon-anemon baru. Tiga jenis anemon laut dari famili Stichodactylidae melakukan reproduksi secara aseksual dengan pembelahan longitudinal dan transversal. Ketiga jenis anemon ini adalah Stichodactyla helianthus, Entacmaea quadricolor (longitudinal) dan Heteractis maginifica (transversal) (Dunn (1981). Sedangkan reproduksi seksual terjadi di dalam air. Sperma dan telur keluar melalui mulut dan bersatu membentuk zigot kemudian berkembang menjadi larva. Larva ini akan berenang dan mencari makan sendiri hingga akhirnya melekat di dasar sebagai bentik dan tumbuh menjadi anemon dewasa (Boolootian and Stiles, 1976). Anemon laut dapat juga bersifat hermaprodit. Telur dan sperma dari jenis yang hermaprodit ini dihasilkan dari gonad-gonad yang terletak dalam gastroderm pada waktu yang berbeda. Peristiwa ini dikenal sebagai protandri dan umum terjadi pada invertebrata.
d. Habitat dan Penyebaran Anemon Laut
Penyebaran anemon laut sangat luas mulai perairan sub tropis hingga perairan tropis. Di alam bebas anemon ditemukan hidup secara soliter dan bergerombol membentuk koloni. Anemon yang hidup soliter termasuk dalam bangsa atau ordo Actinaria, sedang yang hidup bergerombol termasuk dalam bangsa atau ordo Zoanthidea. Anemon hidup di dasar laut menempel pada benda keras, pecahan karang, pasir. Ada pula yang sedikit membenamkan bagian tubuhnya ke dasar tanah yang agak berlumpur. Anemon umumnya dijumpai pada daerah terumbu karang yang kurang subur dan dangkal, di goa atau di lereng terumbu. Namun ada juga yang hidup di tepian padang lamun.


e. Klasifikasi Anemon Laut
Klasifikasi anemon menurut Daly M et.al (2007), sebagai berikut:
Filum          :   Cnidaria
Kelas          :   Anthozoa
Sub Kelas   :   Hexacorallia (Zoantharia)
Ordo           :   Actiniaria
Famili         :   Actiniidae, Edwardsiidae, Bathyphelliidae,

 Stichodactylidae, Minyadidae
Anemon Laut
f.      Simbiosis Anemon dan Clownfish (Ikan Badut)
Istilah “simbiosis” berarti “hidup bersama.” Banyak contoh yang terjadi didalam terumbu karang tetapi salah satu contoh klasik adalah simbiosis antara anemon penyengat dengan damselfishes tertentu, yang sebagian besar termasuk dalam genus Amphiprion. Ada 10 jenis host anemon laut di dunia dan semua itu ditemukan di Asia Tenggara. Separuh dari 28 jenis ikan anemon di dunia juga terdapat di daerah ini.
Baik anemon laut maupun ikan yang hidup didalamnya merupakan mitra yang saling menguntungkan dengan melakukan hubungan timbal balik. Ikan anemon membutuhkan anemon laut sebagai perlindungan, dan juga dengan menggesek-gesekkan tubuhnya pada tentakel agar tetap sehat. Suatu kesalahpahaman jika menganggap ikan anemonlah yang memberi makan anemon laut. Perilaku ini terjadi bila mereka hidup didalam kolam pemeliharaan, namun jarang terlihat di alam. Anemon laut menangkap makanan mikroskopiknya sendiri.
Bagaimana ikan mampu hidup di antara anemon laut dengan cara berenangnya yang tidak biasa dan dengan adanya zat kimia tertentu didalam mantel lendir yang melindunginya dari nematocyst (sel penyengat) tanpa merasa terbakar? Ini yang disebut kekebalan yang diperoleh dalam masa beberapa jam manakala postlarva yang kecil dapat bertahan di terumbu karang. Jika ikan muda cukup beruntung untuk menemukan sebuah anemon laut sebelum diikuti oleh proses aklimatisasi yang membuat kontak secara gradual dengan tentakel. Secara cepat perubahan zat kimia terjadi di dalam mantel lendir ikan dan sel penyengat tidak lagi menyakitinya.

Ikan-ikan anemon tidak pernah ditemukan tanpa rumahnya. Tentakel, yang akan menyengat semua makhluk yang melewatinya, menawarkan tempat perlindungan. Beberapa jenis ikan anemon benar-benar masuk ke mulut anemon laut dalam waktu singkat. Anemon, yang tampak sehat, kadang-kadang ditemui tanpa adanya ikan, dan mereka lebih membutuhkan mitra ikannya dibandingkan asosiasiny
Simbiosis mutualisme Amphiprion percula dengan Heteractis magnifica

Anemon akan melindungi ikan badut dan ikan badut akan menangkal ikan kupu-kupu (Butterfly Fish) yang suka memakan anemon. Ikan badut juga akan memakan invertebrata kecil yang melekat di tentakel anemon yang membahayakan anemon (parasit) dan membantu membersihkan anemon dari kotoran seperti pasir dsb. Di sisi lain kotoran dari ikan badut memberikan nutrisi untuk anemon.
Anemon memiliki sengatan beracun yang hanya dapat ditahan oleh ikan badut. Mekanisme tersebut dapat terjadi karena lapisan lendir pada ikan badut (berbahan dasar gula). Hal ini akan menjadikan anemon tidak mengenali ikan badut sebagai musuh sehingga anemon tidak menyengat ikan badut.
Ikan badut akan membela mati-matian anemon tempat mereka tinggal, ikan badut tidak pernah menyimpang lebih jauh dari 30 cm/lebih dari inangnya seumur hidup mereka. Tubuh ikan badut mengalami koevolusi dengan spesies anemon spesifik yang biasa ditempati sehingga tubuhnya membentuk semacam kekebalan dari sengatan anemon yang ditempati. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap Amphiprion percula menunjukkan spesies ini dapat mengembangkan resistensi terhadap racun dari Heteractis magnifica, tetapi ia tidak sepenuhnya terlindungi, karena telah ditunjukkan secara eksperimental ikan tersebut mati ketika kulit tubuhnya yang tidak berlendir tersengat oleh anemon.
Anemon yang biasa menjadi inang clownfish, diantaranya yaitu:
1.        Bubble Tip Anemon (Entacmaea quadricolor)
2.        Magnificent Sea Anemon (Heteractis magnifica)
3.        Giant Carpet Anemon (Stichodactyla gigantea)
4.        Saddle Carpet Anemon (Stichodactyla haddoni)
5.        Marten’s Carpet Sea Anemon (Stichodactyla mertensii)
6.        Sebae anemon (Heteractis crispa)







Entacmaea quadricolor
Stichodactyla gigantean
 







Stichodactyla gigantea
 






. Stichodactyla haddoni
 







Stichodactyla mertensii







  Heteractis crispa

2.      Karang (Koral)
Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang mampu mensekresi kalsium karbonat (CaCO3 atau limestone).  Hewan ini termasuk ke dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria.  Karang atau coral mencakup karang dari ordo Scleractinia dan sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.  Satu individu karang atau polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm.  Pada umumnya polip karang berukuran kecil, sedangkan polip dengan ukuran besar hanya dijumpai pada karang yang soliter.
Karang berkembang biak baik secara seksual maupun aseksual. Pembiakan secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan betina untuk membentuk larva bersilia yang disebut planula. Planula akan menyebar kemudian menempel pada substrat yang keras dan tumbuh menjadi polip. Kemudian polip tersebut akan melakukan pembiakan aseksual. Pembiakan aseksual dilakukan dengan cara fragmentasi, sehingga terbentuk polip-polip baru yang saling menempel sampai terbentuk koloni yang besar, dengan bentuk yang beragam sesuai jenisnya.
Secara umum, ciri-ciri koral diantaranya yaitu:
1.      Tubuh silinder dan pendek
2.      Pada permukaan atas sekitar permukaan mulut terdapat tentacle
3.      Bagian dasar berfungsi melekatkan diri pada substrat
4.      Makanan anemone laut berupa Mollusca, crustaceae, dan invertebrate lainnya
5.      Alat reproduksinya adalah berumah dua dengan fertilisasi eksternal
Contohnya yaitu dari spesies Calcigorgia spiculifera (koral), yang memiliki ciri:
1.      Tubuh membentuk masa kaku yang kuat
2.      Menjadi tempat hidup beberapa jenis hewan lain
3.      Organisme koral mirip dengan polip anemone laut hanya ukutannya jauh lebih kecil
4.      Memiliki tentakel
5.      Sedikit berotot
6.      Tidak memiliki pedal disk
7.      Generasi dari karang polip-polip ini membentuk karang kapur
 






Calcigorgia spiculifera
Karang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu karang keras dan karang lunak. Perbedaan yang sangat mendasar antara antara karang keras dan karang lunak yakni rangka tubuhnya. Karang keras memiliki rangka tubuh yang lebih keras dibanding dengan karang lunak (Allen, 2000). Tidak seperti karang keras, tubuh Alcyonaria lunak tetapi disokong oleh sejumlah besar-duri-duri yang kokoh, berukuran kecil dan tersusun sedemikian rupa sehingga tubuh Alcyonaria lentur dan tidak mudah putus. Duri-duri mengandung karbonat kalsium dan disebut spikula (Manuputty, 2002).
Karang Keras dan Karang Lunak
a.    Karang Keras (Zoantharia)
Polip kecil, yang terdapat bagian yang berbentuk piala skeleton, tentakel biasanya 6, tidak memiliki siphonoglyph, otot lemah, hidup berkoloni dan ada pula yang soliter, terdapat dalam air laut yang hangat (Jasin, 1992).
Polip Zoantharia
Sub kelas zoantharia dibagi menjadi beberapa ordo yaitu (1) Actinarida (Anemon laut); (2) Madreporiada; (3) Zoanthida; (4) Anthipathida (karang hitam); dan (5) Ceriantharida (Jasin, 1992).
Sub Kelas Zoantharia
Karang keras dapat hidup optimal sampai pada kedalaman 40 m dengan suhu berkisar antara 25-300C dan salinitas sekitar 27-40. Substrat yang keras dan bersih diperlukan untuk perlekatan dan pertumbuhan karang. Jika substrat banyak mengandung partikel terlarut seperti limpur dapat mengganggu pertumbuhan polip karang (Notji, 2002).
Bentuk nematosit yang dapat dijumpai di beberapa jenis pada kelas Anthozoa ada empat jenis yang ditemukan, yaitu:
1)    Penetrant  tipe nematosit yang menusuk
2)    Glutinant tipe nematosit yang menempel
3)    Volvent tipe nematosit yang menjerat
4)    Ptychocyst tipe nematosit yang unik dan ditemukan pada anemon
Sistem kerja nematosit dibawah pada bagian paling kiri nematosit berada pada kapsul seluler. Dalam sel tersebut terdapat benang yang berpilin yang terbungkus dan memiliki tekanan (Seperti per). Saat mangsa menyentuh tentakel polip, nematosit terpicu. Penutup pada jaringan sel pada operculum tersebut langsung terbuka. Saat operculum terbuka benang-benang yang ada didalamnya langsung keluar. Pada bagian paling kanan benang tersebut kemudian menyebar. Benang tersebut bentuknya seperti jarum yang langsung menyuntikkan racun pada mangsanya. Saat mangsa telah lumpuh polip mengerakkan mangsa kemulutnya kemudian nematosit tersebut kembali kedalam kapsul.
b.    Karang Lunak (Alcyonaria)
Sub klas Alcyonaria memiliki ciri-ciri yakni memiliki 8 tentakel bercabang yang berduri dan memiliki 8 septa tunggal yang sempurna; memiliki satu siphonogluph ventralis, memiliki endoskeleton, dan hidup secara berkoloni (Jasin, 1992).

Ada beberapa ordo dari karang ini yakni Stoloniferida, Telestacida, Alcynacida, Coenothecalia, Gorgonacida, dan Pennatulacida (Jasin, 1992).

Karang lunak dapat ditemukan diberbagai habitat karang. Pertumbuhan optimal karang lunak yakni pada kedalaman antara 10-30 meter (Allen, 2000). Jenis-jenis karang lunak hidup di daerah pasang surut sampai kedalaman 200 m. Umumnya syarat-syarat hidup karang lunak sama dengan karang batu. Hewan ini menyukai perairan yang hangat atau sedang terutama di Indo-Pasifik. Ada beberapa jenis yang dapat hidup sampai kekedalaman 3000 m (Manuputty (1), 2002).

Terumbu atau reef merupakan endapan masif batu kapur (limestone) terutama kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur (algae berkapur dan moluska), dan dijadikan sebagai tempat hidup hewan karang. Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.

Terumbu karang atau coral reefs adalah ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut.  Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.  Salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun.
Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit. Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis. Dalam gastrodermis terdapat tumbuhan renik bersel tunggal yang dinamakan zooxantellae yang hidup bersimbiosis dengan polip. Zooxantellae dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis, yang kemudian disekresikan sebagian ke dalam usus polip sebagai pangan.
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah:
a.    Terumbu Karang Tepi (Fringing Reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
b.    Terumbu Karang Penghalang (Barrier Reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
c.    Terumbu Karang Cincin (Atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua). Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:

d.    Terumbu Karang Datar/ Gosong Terumbu (Patch Reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).

2.3  Peranan Anthozoa
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Keanekaragaman organisme terumbu karang yang paling tingg terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hinggaq Great Barier Reef di Australia. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai, tempat berkembangbiak berbagai jenis ikan, ada yang dipakai sebagai perhiasan, misalnya bakar bakar dank oral, ada yang dipakai sebagai bahan kapur misalnya batu karang, dan sebagai taman laut untuk rekreasi.
Fungsi dan manfaat terumbu karang bagi kehidupan manusia sangat penting antara lain adalah sebagai tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan; sebagai sumber obat – obatan; sumber daya laut yang memilki nilai potensi ekonomi tinggi; laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian; pelindung pantai dari erosi dan abrasi; dan memiliki potensi untuk wisata bahari.  Akan tetapi terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif.  Proses pertumbuhan terumbu karang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak. Terumbu karang, khususnya terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain itu, terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makanan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya.

BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata memiliki organisasi jaringan sangat sederhana, dengan hanya dua lapisan sel, eksternal dan internal. Coelenterata dibedakan dalam empat kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, Anthozoa dan Cubozoa.
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, Anthos yang berarti bunga, dan Zoon yang berarti  hewan. Hewan pada kelas ini  memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama, yaitu Anthozoa. Perbedaan utama adalah karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak. Lebih dari 1.000 spesies anemon laut ditemukan di perairan pantai, perairan dangkal (terumbu karang), dan perairan laut dalam di seluruh dunia.
Koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Fungsi dan manfaat terumbu karang bagi kehidupan manusia sangat penting antara lain adalah sebagai tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan.

3.2    Saran
Makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu kepada para pembaca untuk berkenan menyumbangkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasan kami di bidang ini. Akhirnya kepada Allah jualah kami memohon taufik dan  hidayah. Semoga usaha kami ini mendapat manfaat yang baik, serta mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Mengenal Filum Coelenterata. http://www.gudangmateri.com/2011/04/filum-coelenterata.html/. Diakses tanggal 26 Oktober 2012
Ahsin, Rifa’I Muhammad. 2009. Nilai dan Fungsi Anemon Laut. http://www.referensienemonlaut-muhammadahsin.wordpress.com/. Diakses tanggal 26 Oktober 2012
Efendi, Eko. 2009. Terumbu Karang. http://www.efendieko-menyelamikehidupanbahari.html/. Diakses tanggal 31 Oktober 2012
Garnisah, Icha. 2011. Coelenterata. http://www Referensi/coelenterata.html. diakses tanggal 31 Oktober 2012
Hadi N dan Sumadiyo. Anemon Laut (Coelenterata, Actiniaria), Manfaat dan Bahayanya. Oseana. XVII:167-175.
Nganro N.R. 2009. Metoda Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu Karang. Bandung: Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB
Sa’adah, Sumiyati. 2010. Materi Pokok Zoologi Invertebrata. Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Kegururan UIN SGD
Shimek, R.L. 2006. Main Attraction. Be A Host To Your Anemone. Reef Hobbyis Online. A Reefland Community.  http://www.reefland.com. Diakses tanggal 31 Oktober 2012
Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya

1 komentar: