HEWAN BUNGA BERTENTAKEL
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir
Mata Kuliah Zoologi Invertebrata
Dosen Mata Kuliah:
|
Sumiyati Sa’adah, M.Si
|
|
Oleh:
Puzi
Agustini
NIM.
1211206066
JURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI/ III/ B
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filum
Coelenterata lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal
dari bahasa Yunani, cnido, yang berarti penyengat karena sesuai dengan
cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada
tentakel yang terdapat di sekitar mulutnya.
Anthozoa
merupakan salah satu kelas yang terdapat dalam filum ini. Ada beberapa hal yang
terkategorikan unik dalam kelas ini, diantaranya karena hewan-hewan pada kelas
ini memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Selain
itu juga terdapat simbiosis unik yang terjadi antara
anemon penyengat dengan damselfishes tertentu, yang sebagian besar termasuk
dalam genus Amphiprion. Terlihat salah satu
jenis dalam genus Amphiprion, yaitu ikan badut yang sangat nyaman
berenang-renang di antara semak anemon laut tapi tidak terkena sengatan
dari anemon laut. Lalu terdapat satu
hewan lagi dalam kelas ini yang memiliki banyak manfaat, yaitu koral atau
karang yang merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang.
Berangkat
dari fakta-fakta unik yang ada serta rasa keingintahuan saya, maka tercetuslah
pemikiran untuk membuat makalah mengenai kehidupan kelas Anthozoa dan hewan-hewan
yang termasuk dalam kelas Anthozoa.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang tersebut, maka masalah yang dapat di kaji dalam makalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana ciri atau karakteristik dari filum coelenterata
dimana di filum tersebut terdapat kelas anthozoa?
2.
Bagaimana pula karakteristik dari kelas
Anthozoa yang menjadi judul besar dalam makalah ini?
3.
Bagaimana karakteristik dari hewan-hewan
invertebrata yang termasuk dalam kelas Anthozoa?
4.
Lalu apakah peran hewan-hewan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filum Coelenterata
Coelenterata
berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenteron yang artinya rongga. Jadi,
Coelenterata adalah hewan invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga
tersebut digunakan sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).
Tubuh
Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Coelenterata
yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki. Coelenterata pada fase polip umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk
koloni, melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas, sehingga
menyerupai tumbuhan yang tertambat. Di dalam tubuh polip ini terdapat rongga
gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus. Di bagian atas terdapat mulut dan
tentakel untuk berperan untuk menangkap mangsa. Tentakel punya sel racun
(knidoblast) atau sel penyengat (nematosis)
Polip merupakan fase vegetatif pada coelenterata, karena bisa melakukan
fragmentasi pemutusun bagian dari tubuhnya itu untuk membentuk individu baru .
Selain fase polip, terdapat pula fase medusa. Fase medusa merupakan
fase generatif (seksual), dimana pada fase ini menghasilkan sel telur dan sel
sperma. Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang bebas di perairan.
Bentuknya seperti payung dan punya tentakel yang melambai-lambai. Kita biasa
menamakannya dengan ubur-ubur .
Coelenterata mempunyai
rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti usus pada
hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga Gastrovaskuler. Simetri
tubuhnya Radial dan terdapat Tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk
menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi
sel Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari
hewan berongga). Coelenterata termasuk hewan diploblastik karena tubuhnya
memiliki dua lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan
dalam atau gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm
berfungsi untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron
atau gastrosol.
Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah
lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis
tersusun dari bahan gelatin.
Sebagian besar
Coelenterata hidup di laut kecuali hydra sp. dan beberapa jenis lainnya. Hewan
tersebut mempunyai dua fase bentuk tubuh yaitu fase Polip dan fase Medusa.
Polip adalah fase saat hewan melekat pada suatu substrat (tidak dapat
berpindah) sedangkan medusa adalah fase saat hewan dapat bergerak bebas.
Fase Polip
Fase Medusa
Ukuran tubuh
Coelenterata beraneka ragam. Ada yang penjangnya beberapa milimeter, misal
Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea. Tubuh Coelenterata
simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip. Medusa berbentuk
seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel).
Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang.
Coelenterata
hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air.
Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan
kedalam mulut. Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut
maupun di air tawar.Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau
berkoloni. Ada yang melekat pada
bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk
bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Reproduksi
Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan
dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata
yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat
pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma).G amet dihasilkan oleh seluruh
Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip. Contoh
Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah hydra.
Coelenterata
dibedakan dalam empat kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus
hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, Anthozoa, dan Cubozoa. Berikut deskripsi
dua kelas dari filum Coelenterata.
1.
Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro
= air, zoa = hewan) sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa
dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup soliter. hidup di dalam air tawar.
Ujung tempat letaknya mulut disebut ujung Oral sedangkan yang melekat pada
dasar disebut ujung Aboral. Cara reproduksi hewan disebut adalah dengan cara
vegetatif maupun generatif. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia.
Untuk Obelia merupakan Hydrozoa yang
hidupnya berkoloni di laut.Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam siklus
hidupnya.
Hydra
Obelia
Ciri-ciri :
a. Bentuk tubuhnya seperti ular air
b. Hidup di air tawar secara polip atau
medusa
c. Hidra bergerak debgab cara
melekukkan badannya seperti ulat jengkal
d. Pencernaan makanan dengan cara
ekstraseluler didalam rongga gastrovaskuler dan intraseluler didalam vakuola
sel gastrodermis
e. Reproduksi secara aseksual yaitu
dengan membentuk tunas dan seksual dengan peleburan antara sperma dan ovum
f. Bentuk tubuh seperti silinder yang
mulutnya terletak pada bagian tubuhnya yang dinamakan hypostom
2.
Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani,
scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam
siklus hidupnya.Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur.Medusa umumnya
berukuran 2 – 40 cm.Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual.Polip yang
berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual hanya pada tingkat larva.
Larva disebut Planula, kemudian menjadi polip yang disebut Skifistoma.
Dari skifistoma terbentuk medusa yang disebut Efira..Contoh Scyphozoa adalah
Cyanea dan Chrysaora fruttescens.
Ciri-ciri :
a.
Bentuk tubuh seperti mangkuk
b. Hidup dilaut
c.
Bagian tepi tubuhnya dikelilingi
oleh tentakel
d. Disekitar mulutnya terdapat empat
lengan yang dilengkapi oleh nematikis
e.
Alat pencernaan berupa saluran
bercabang
f.
System syarafnya berupa anyaman
g. Contoh umum di Indonesia adalah Aurelia
sp dan obelia sp
Aurelia aurita
Aurelia aurita merupakan anggota filum
Coelenterata, kelas Scyphozoa. Mempunyai bentuk seperti mangkuk dan dikenal
sebagai Jelly Fish.
2.2 Kelas
Anthozoa
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, Anthos yang berarti
bunga, dan Zoon yang berarti
hewan. Hewan pada kelas ini memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni
seperti bunga. Anthozoa melimpah jumlahnya di laut hangat dangkal secara
berkoloni. Sepanjang garis pantai sampai kedalaman 17.400 kaki. Kelas Anthozoa
merupakan kelas yang terbanyak anggotanya dari filum coelenterate, yaitu
sekitar 6.000 spesies. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan
fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet. Anthozoa tidak
memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip. Polip Anthozoa berukuran lebih
besar dari tiga kelas Coelenterata lainnya. Hewan pada kelas Anemon ada yang
hidupnya soliter seperti anemone, atau berkoloni seperti karang (koral).
1.
Anemon Laut
Anemon laut ini merupakan salah satu anggota kelas Anthozoa filum Cnidaria yang bentuk tubuhnya bervariasi dengan kombinasi warna yang indah dipandang (Carson, 1974). Bentuk
anemon laut terlihat seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemon
merupakan jenis hewan. Anemon laut adalah jenis hewan yang biasanya menggunakan
sebuah kaki untuk menempel di batuan. Beberapa anemon laut dapat bergerak.
Pergerakan anemon laut seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara
menempel. Beberapa jenis anemon diketahui melepaskan diri dari tempat
menempelnya saat diserang predator atau saat lingkungan mengalami perubahan dan
sumber makanan menipis. Hewan ini terlihat seperti tumbuh-tumbuhan karena pada
umumnya hanya berpindah mengikuti aliran arus air.
Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi
kelas yang sama, yaitu Anthozoa. Perbedaan utama adalah karang menghasilkan
kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak. Lebih dari 1.000
spesies anemon laut ditemukan di perairan pantai, perairan dangkal (terumbu
karang), dan perairan laut dalam di seluruh dunia.
Anemon laut adalah binatang invertebrata yang
tidak memiliki tulang belakang atau tidak memiliki skeleton pada seluruh
tubuhnya. Anemon merupakan hewan predator yang tampak seperti bunga, memiliki
berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Tubuhnya radial semetrik, columnar dan
memiliki satu lubang mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Tentakel dapat
melindungi tubuhnya terhadap serangan predator lain dan dapat pula digunakan
untuk menangkap makanannya. Anemon laut biasanya memiliki ukuran diameter tubuh
1-4 inchi (2,5-10 cm), tetapi beberapa anemon ada juga yang dapat tumbuh
mencapai diameter tubuh 6 kaki (1,8 m).
Menurut Shimek (2006), secara umum anemon laut
adalah hewan berkantung yang mempunyai tentakel dan mulut pada pada bagian atas
dan pedal
disk pada bagian bawah. Pedal disk atau kaki jalan ini
secara khusus digunakan oleh anemon untuk melengketkan tubunya pada substrat. Anemon laut tergolong binatang yang dapat memakan
binatang apa saja yang hidup di laut, namun ia lebih bersifat karnivora. Jenis
makanan yang bisa disantap adalah moluska, krustasea, ikan, dan berbagai
invertebrata lainnya. Juga dapat memakan detritus, feses, dan bahan organik.
a. Karakteristik Anemon laut
Anemon adalah kelompok hewan yang
tubuhnya memiliki beraneka warna dan lunak. Bentuk tubuhnya menyerupai bunga
apabila anemon tersebut mengembangkan tentakelnya. Tubuh anemon (di lihat dari
bagian luar) terbagi tiga bagian, yaitu keping dasar atau pangkal, batang dan
keping mulut (Hyman, 1940). Sedangkan menurut Brusca and Brusca (2003), tubuh
bagian anemon terbagi lima yaitu keping dasar, batang, tentakel, keeping mulut
dan mulut. Hewan ini siklus hidupnya berbentuk polip yang berukuran kecil, akan
tetapi menurut Brusca and Brusca (2003) ada polip yang besar seperti pada
spesies Stichodactyla mertensii yang berada pada daerah tropik Indo-Pasifik. Menurut
Suwignyo et al. (2005), karakteristik anemon laut secara umum diantaranya:
1. Polip soliter
2. Biasanya mempunyai pedal disk semacam kaki
3. Siphonoglyph biasanya berjumlah 2
4. Tidak mempunyai rangka
5. Hidup menempel tetapi tidak melekat pada batu, pasir, atau hewan
avertebrata lain
6. Dapat merayap menggunakan pedal disk semacam kaki
Secara umum anemon laut merupakan
sejenis coelenterata dengan struktur tubuh berbentuk polip, hidup secara
soliter, mempunyai tinggi antara 1,5-5 cm dengan diameter 1-2 cm. Bagian
ternbesar pada tubuh anemon laut adalah sebuah batang tubuh seperti tabung
(column), dibawah aboral terdapat telapak kaki yang datar (pedal disk),
dibagian oral agak melebar terdapat mulut yang dikelilingi tentakel bolong
berjumlah enam helai sampai beberapa ratus helai dan tidak pernah ada yang
hanya delapan helai (Suwignyo et al., 2005).
b. Sel Penyengat (Nematosit) pada Anemon Laut
Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar laut. Lipatan yang bundar di antara badan dan
keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti
leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat "fossa".
Keping mulut
bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan
tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping mulut tidak dilengkapi dengan tentakel.
Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara
menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat yang berguna untuk melindungi
dirinya dari predator.
Menurut Mebs (2009), anemon memiliki tentakel
yang berisi sel penyengat (nematosit) yang mengandung racun yang terdiri dari
zat kimia peptida dan protein yang berfungsi untuk melumpuhkan dan menangkap
mangsa. Dikatakan lebih lanjut oleh Mebs, tentakel anemon berfungsi sebagai
pertahan dan perlindungan oleh ikan anemon terhadap predator. Jumlah tentakel
bervariasi dan umumnya menutupi keping mulut. Kebanyakan nematosit mengandung
racun yang berbeda-beda dalam kekuatan dan aktifitasnya.
Menurut Hadi dan Sumadiyo (XVII), jumlah
tentakel bervariasi dengan kelipatan dari enam dan tersusun dalam dua deret
lingkaran berturut-turut di mulai dari lingkaran yang paling dalam. Tentakel
tersusun melingkar atau berderet radial dengan jumlah kelipatan enam tentakel
pertama, enam tentakel kedua, dua belas tentakel ketiga, dua puluh empat
tentakel ke empat dan seterusnya.
Beberapa anemon mengandung bisa yang beracun
yang terkonsentrer
pada tentakel. Sengat atau bisa penyengat dari anemon ini mengandung dua jenis
protein aktif dan yang lemah, salah satu
dari protein ini (yang aktif) tampaknya dapat menghalangi penyaluran
ion-ion pada sel-sel saraf mang-sanya, sehingga menghentikan
sinyal saraf. Kedua protein ini secara bersama-sama berfungsi
sinergis dan menyerang daerah sel-sel darah merah sedemikian
rupa dan raksinya seperti pada bisa lebah dan ular.
c. Reproduksi Anemon Laut
Reproduksi anemon laut umumnya dilakukan baik
secara seksual maupun aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara
memutuskan bagian kakinya, yaitu bagian dari lingkar kaki yang ditinggalkan
pada saat binatang tersebut berpindah tempat. Jenis anemon lain dengan cara
merangkak perlahan ke arah yang berlawanan hingga tubuhnya terputus menjadi dua
bagian. Bagian tersebut kemudian membulat dan hidup menjadi anemon-anemon baru.
Tiga jenis anemon laut dari famili Stichodactylidae melakukan reproduksi secara
aseksual dengan pembelahan longitudinal dan transversal. Ketiga jenis anemon
ini adalah Stichodactyla
helianthus, Entacmaea quadricolor
(longitudinal) dan Heteractis maginifica (transversal)
(Dunn (1981). Sedangkan reproduksi seksual terjadi di dalam air. Sperma dan
telur keluar melalui mulut dan bersatu membentuk zigot kemudian berkembang
menjadi larva. Larva ini akan berenang dan mencari makan sendiri hingga
akhirnya melekat di dasar sebagai bentik dan tumbuh menjadi anemon dewasa
(Boolootian and Stiles, 1976). Anemon laut dapat juga bersifat hermaprodit.
Telur dan sperma dari jenis yang hermaprodit ini dihasilkan dari gonad-gonad
yang terletak dalam gastroderm pada waktu yang berbeda. Peristiwa ini dikenal sebagai protandri dan umum
terjadi pada invertebrata.
d. Habitat dan Penyebaran Anemon Laut
Penyebaran anemon laut sangat luas mulai
perairan sub tropis hingga perairan tropis. Di alam bebas anemon ditemukan
hidup secara soliter dan bergerombol membentuk koloni. Anemon yang hidup
soliter termasuk dalam bangsa atau ordo Actinaria, sedang yang hidup
bergerombol termasuk dalam bangsa atau ordo Zoanthidea. Anemon hidup di dasar
laut menempel pada benda keras, pecahan karang, pasir. Ada pula yang sedikit
membenamkan bagian tubuhnya ke dasar tanah yang agak berlumpur. Anemon umumnya
dijumpai pada daerah terumbu karang yang kurang subur dan dangkal, di goa atau
di lereng terumbu. Namun ada juga yang hidup di tepian padang lamun.
e. Klasifikasi Anemon Laut
Klasifikasi anemon menurut Daly M et.al (2007), sebagai berikut:
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Sub Kelas : Hexacorallia (Zoantharia)
Ordo : Actiniaria
Famili : Actiniidae, Edwardsiidae, Bathyphelliidae,
Stichodactylidae, Minyadidae
Anemon Laut
f.
Simbiosis Anemon dan Clownfish (Ikan Badut)
Istilah “simbiosis” berarti “hidup bersama.”
Banyak contoh yang terjadi didalam terumbu karang tetapi salah satu contoh
klasik adalah simbiosis antara anemon penyengat dengan damselfishes tertentu,
yang sebagian besar termasuk dalam genus Amphiprion. Ada 10 jenis host
anemon laut di dunia dan semua itu ditemukan di Asia Tenggara.
Separuh dari 28 jenis ikan anemon di dunia juga terdapat di daerah ini.
Baik anemon laut maupun ikan yang hidup
didalamnya merupakan mitra yang saling menguntungkan dengan melakukan hubungan
timbal balik. Ikan anemon membutuhkan anemon laut sebagai perlindungan, dan
juga dengan menggesek-gesekkan tubuhnya pada tentakel agar tetap sehat. Suatu kesalahpahaman
jika menganggap ikan anemonlah yang memberi makan anemon laut. Perilaku ini
terjadi bila mereka hidup didalam kolam pemeliharaan, namun jarang terlihat di
alam. Anemon laut menangkap makanan mikroskopiknya sendiri.
Bagaimana ikan mampu hidup di antara anemon
laut dengan cara berenangnya yang tidak biasa dan dengan adanya zat kimia
tertentu didalam mantel lendir yang melindunginya dari nematocyst (sel
penyengat) tanpa merasa terbakar? Ini yang disebut kekebalan yang diperoleh
dalam masa beberapa jam manakala postlarva yang kecil dapat bertahan di
terumbu karang. Jika ikan muda cukup beruntung untuk menemukan sebuah anemon
laut sebelum diikuti oleh proses aklimatisasi yang membuat kontak secara
gradual dengan tentakel. Secara cepat perubahan zat kimia terjadi di dalam
mantel lendir ikan dan sel penyengat tidak lagi menyakitinya.
Ikan-ikan anemon tidak pernah ditemukan tanpa rumahnya. Tentakel, yang akan menyengat semua makhluk yang melewatinya, menawarkan tempat perlindungan. Beberapa jenis ikan anemon benar-benar masuk ke mulut anemon laut dalam waktu singkat. Anemon, yang tampak sehat, kadang-kadang ditemui tanpa adanya ikan, dan mereka lebih membutuhkan mitra ikannya dibandingkan asosiasiny
Simbiosis mutualisme Amphiprion percula dengan
Heteractis magnifica
Anemon akan
melindungi ikan badut dan ikan badut akan menangkal ikan kupu-kupu (Butterfly
Fish) yang suka memakan anemon. Ikan badut juga akan memakan invertebrata kecil
yang melekat di tentakel anemon yang membahayakan anemon (parasit) dan membantu
membersihkan anemon dari kotoran seperti pasir dsb. Di sisi lain kotoran dari
ikan badut memberikan nutrisi untuk anemon.
Anemon memiliki
sengatan beracun yang hanya dapat ditahan oleh ikan badut. Mekanisme tersebut
dapat terjadi karena lapisan lendir pada ikan badut (berbahan dasar gula). Hal
ini akan menjadikan anemon tidak mengenali ikan badut sebagai musuh sehingga
anemon tidak menyengat ikan badut.
Ikan badut akan
membela mati-matian anemon tempat mereka tinggal, ikan badut tidak pernah menyimpang
lebih jauh dari 30 cm/lebih dari inangnya seumur hidup mereka. Tubuh ikan badut mengalami koevolusi dengan spesies anemon spesifik
yang biasa ditempati sehingga tubuhnya membentuk semacam kekebalan dari
sengatan anemon yang ditempati. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap Amphiprion
percula menunjukkan spesies ini dapat mengembangkan resistensi
terhadap racun dari Heteractis magnifica, tetapi ia
tidak sepenuhnya terlindungi, karena telah ditunjukkan secara eksperimental
ikan tersebut mati ketika kulit tubuhnya yang tidak berlendir tersengat oleh anemon.
Anemon yang
biasa menjadi inang clownfish, diantaranya yaitu:
1.
Bubble Tip Anemon (Entacmaea quadricolor)
2.
Magnificent Sea Anemon (Heteractis
magnifica)
3.
Giant Carpet Anemon (Stichodactyla gigantea)
4.
Saddle Carpet Anemon (Stichodactyla haddoni)
5.
Marten’s Carpet Sea Anemon (Stichodactyla
mertensii)
6.
Sebae anemon (Heteractis crispa)
Entacmaea quadricolor
Stichodactyla
gigantean
Stichodactyla
gigantea
. Stichodactyla haddoni
Stichodactyla
mertensii
Heteractis
crispa
2. Karang
(Koral)
Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang
mampu mensekresi kalsium karbonat (CaCO3 atau limestone).
Hewan ini termasuk ke dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau
Cnidaria. Karang atau coral mencakup karang dari ordo
Scleractinia dan sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas
Hydrozoa. Satu individu karang atau polip karang memiliki
ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat
besar yaitu lebih dari 50 cm. Pada umumnya polip karang berukuran kecil,
sedangkan polip dengan ukuran besar hanya dijumpai pada karang yang soliter.
Karang berkembang biak baik secara seksual
maupun aseksual. Pembiakan secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet
jantan dan betina untuk membentuk larva bersilia yang disebut planula. Planula
akan menyebar kemudian menempel pada substrat yang keras dan tumbuh menjadi polip.
Kemudian polip tersebut akan melakukan pembiakan aseksual. Pembiakan aseksual
dilakukan dengan cara fragmentasi, sehingga terbentuk polip-polip baru yang
saling menempel sampai terbentuk koloni yang besar, dengan bentuk yang beragam
sesuai jenisnya.
Secara umum, ciri-ciri koral diantaranya yaitu:
1.
Tubuh silinder dan pendek
2.
Pada permukaan atas sekitar
permukaan mulut terdapat tentacle
3.
Bagian dasar berfungsi melekatkan
diri pada substrat
4.
Makanan anemone laut berupa
Mollusca, crustaceae, dan invertebrate lainnya
5.
Alat reproduksinya adalah berumah
dua dengan fertilisasi eksternal
Contohnya yaitu dari spesies Calcigorgia
spiculifera (koral), yang memiliki ciri:
1.
Tubuh membentuk masa kaku yang kuat
2.
Menjadi tempat hidup beberapa jenis
hewan lain
3.
Organisme koral mirip dengan polip
anemone laut hanya ukutannya jauh lebih kecil
4.
Memiliki tentakel
5.
Sedikit berotot
6.
Tidak memiliki pedal disk
7.
Generasi dari karang polip-polip ini
membentuk karang kapur
Calcigorgia
spiculifera
Karang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
karang keras dan karang lunak. Perbedaan yang sangat mendasar antara antara
karang keras dan karang lunak yakni rangka tubuhnya. Karang keras memiliki
rangka tubuh yang lebih keras dibanding dengan karang lunak (Allen, 2000).
Tidak seperti karang keras, tubuh Alcyonaria lunak tetapi disokong oleh
sejumlah besar-duri-duri yang kokoh, berukuran kecil dan tersusun sedemikian
rupa sehingga tubuh Alcyonaria lentur dan tidak mudah putus. Duri-duri
mengandung karbonat kalsium dan disebut spikula (Manuputty,
2002).
Karang Keras dan Karang Lunak
a.
Karang Keras (Zoantharia)
Polip kecil, yang terdapat bagian yang
berbentuk piala skeleton, tentakel biasanya 6, tidak memiliki siphonoglyph,
otot lemah, hidup berkoloni dan ada pula yang soliter, terdapat dalam air laut
yang hangat (Jasin, 1992).
Polip Zoantharia
Sub kelas zoantharia dibagi menjadi beberapa
ordo yaitu (1) Actinarida (Anemon laut); (2) Madreporiada;
(3) Zoanthida;
(4) Anthipathida
(karang hitam); dan (5) Ceriantharida (Jasin, 1992).
Sub Kelas Zoantharia
Karang keras dapat hidup optimal sampai pada
kedalaman 40 m dengan suhu berkisar antara 25-300C dan salinitas sekitar 27-40.
Substrat yang keras dan bersih diperlukan untuk perlekatan dan pertumbuhan
karang. Jika substrat banyak mengandung partikel terlarut seperti limpur dapat
mengganggu pertumbuhan polip karang (Notji, 2002).
Bentuk nematosit yang dapat dijumpai di
beberapa jenis pada kelas Anthozoa ada empat jenis yang ditemukan, yaitu:
1)
Penetrant
tipe nematosit yang menusuk
2)
Glutinant
tipe nematosit yang menempel
3)
Volvent tipe nematosit yang menjerat
4)
Ptychocyst tipe nematosit yang unik dan ditemukan pada anemon
Sistem kerja nematosit dibawah pada bagian
paling kiri nematosit berada pada kapsul seluler. Dalam sel tersebut terdapat
benang yang berpilin yang terbungkus dan memiliki tekanan (Seperti per). Saat
mangsa menyentuh tentakel polip, nematosit terpicu. Penutup pada jaringan sel
pada operculum tersebut langsung terbuka. Saat operculum terbuka benang-benang
yang ada didalamnya langsung keluar. Pada bagian paling kanan benang tersebut
kemudian menyebar. Benang tersebut bentuknya seperti jarum yang langsung
menyuntikkan racun pada mangsanya. Saat mangsa telah lumpuh polip mengerakkan
mangsa kemulutnya kemudian nematosit tersebut kembali kedalam kapsul.
b.
Karang Lunak (Alcyonaria)
Sub klas Alcyonaria memiliki ciri-ciri yakni
memiliki 8 tentakel bercabang yang berduri dan memiliki 8 septa tunggal yang
sempurna; memiliki satu siphonogluph ventralis, memiliki endoskeleton,
dan hidup secara berkoloni (Jasin, 1992).
Ada beberapa ordo dari karang ini yakni Stoloniferida,
Telestacida,
Alcynacida,
Coenothecalia,
Gorgonacida,
dan Pennatulacida
(Jasin, 1992).
Karang lunak dapat ditemukan diberbagai habitat
karang. Pertumbuhan optimal karang lunak yakni pada kedalaman antara 10-30
meter (Allen, 2000). Jenis-jenis karang lunak hidup di daerah pasang surut
sampai kedalaman 200 m. Umumnya syarat-syarat hidup karang lunak sama dengan
karang batu. Hewan ini menyukai perairan yang hangat atau sedang terutama di Indo-Pasifik.
Ada beberapa jenis yang dapat hidup sampai kekedalaman 3000 m (Manuputty (1),
2002).
Terumbu atau reef merupakan endapan masif batu kapur (limestone) terutama kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur (algae berkapur dan moluska), dan dijadikan sebagai tempat hidup hewan karang. Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.
Terumbu karang atau coral reefs adalah ekosistem di
dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3)
yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik)
khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota
yang hidup di dasar lainnya dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup
bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur
serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat. Terumbu karang bisa
dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di
laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting
dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satu
komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan
padang lamun.
Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik)
hidup berkoloni, dan tiap individu karang yang disebut polip menempati mangkuk
kecil yang dinamakan koralit. Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa
yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa
ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Tiap polip adalah hewan berkulit
ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan
jaringan mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis. Dalam
gastrodermis terdapat tumbuhan renik bersel tunggal yang dinamakan zooxantellae
yang hidup bersimbiosis dengan polip. Zooxantellae dapat menghasilkan bahan
organik melalui proses fotosintesis, yang kemudian disekresikan sebagian ke
dalam usus polip sebagai pangan.
Berdasarkan
bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land
masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang
masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah:
a.
Terumbu Karang Tepi (Fringing Reefs)
Terumbu karang
tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari
pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses
perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada
pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh:
Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
b.
Terumbu Karang Penghalang (Barrier Reefs)
Terumbu karang
ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah
laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter.
Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya
mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau
sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.
Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai
Kepulauan (Sulawesi Tengah).
c.
Terumbu Karang Cincin (Atolls)
Terumbu karang
yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulaupulau vulkanik yang
tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin,
terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang,
dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua
(Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua). Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia
bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian,
ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:
d.
Terumbu Karang Datar/
Gosong Terumbu (Patch Reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau
datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan
dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya
pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman
relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu
(Aceh).
2.3 Peranan Anthozoa
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang
merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu
karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Keanekaragaman
organisme terumbu karang yang paling tingg terdapat di Asia Tenggara, dari
Filipina dan Indonesia hinggaq Great Barier Reef di Australia. Dua puluh lima
persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. Selain itu,
terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang di
pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan
pantai, tempat berkembangbiak berbagai jenis ikan, ada yang dipakai sebagai
perhiasan, misalnya bakar bakar dank oral, ada yang dipakai sebagai bahan kapur
misalnya batu karang, dan sebagai taman laut untuk rekreasi.
Fungsi dan manfaat terumbu karang bagi
kehidupan manusia sangat penting antara lain adalah sebagai tempat tinggal,
berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan;
sebagai sumber obat – obatan; sumber daya laut yang memilki nilai potensi
ekonomi tinggi; laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian;
pelindung pantai dari erosi dan abrasi; dan memiliki potensi untuk wisata
bahari. Akan tetapi terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan
sensitif. Proses pertumbuhan terumbu karang memerlukan waktu yang sangat
lama untuk tumbuh dan berkembang biak. Terumbu karang, khususnya terumbu karang
tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan
ombak dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain itu, terumbu karang
mempunyai peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makanan
(feeding
ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning
ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau
sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Coelenterata adalah hewan invertebrata yang
memiliki rongga tubuh. Rongga tersebut digunakan sebagai alat pencernaan
(gastrovaskuler). Coelenterata memiliki organisasi jaringan sangat
sederhana, dengan hanya dua lapisan sel, eksternal dan internal. Coelenterata dibedakan dalam empat kelas berdasarkan bentuk yang
dominan dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, Anthozoa dan Cubozoa.
Anthozoa berasal dari bahasa yunani, Anthos
yang berarti bunga, dan Zoon yang berarti hewan. Hewan pada kelas ini memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni
seperti bunga. Karang dan anemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama,
yaitu Anthozoa. Perbedaan utama adalah karang menghasilkan kerangka luar dari
kalsium karbonat, sedangkan anemon tidak. Lebih dari 1.000 spesies anemon laut
ditemukan di perairan pantai, perairan dangkal (terumbu karang), dan perairan
laut dalam di seluruh dunia.
Koral atau karang merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat
hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Fungsi dan manfaat terumbu karang bagi
kehidupan manusia sangat penting antara lain adalah sebagai tempat tinggal,
berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan.
3.2
Saran
Makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan
dan kesalahan, karena itu kepada para pembaca untuk berkenan menyumbangkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasan kami di
bidang ini. Akhirnya
kepada Allah jualah kami memohon taufik dan
hidayah. Semoga usaha kami ini mendapat manfaat yang baik, serta
mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Mengenal Filum
Coelenterata. http://www.gudangmateri.com/2011/04/filum-coelenterata.html/.
Diakses tanggal 26 Oktober 2012
Ahsin, Rifa’I Muhammad. 2009. Nilai
dan Fungsi Anemon Laut. http://www.referensienemonlaut-muhammadahsin.wordpress.com/.
Diakses tanggal 26 Oktober 2012
Efendi, Eko. 2009. Terumbu
Karang. http://www.efendieko-menyelamikehidupanbahari.html/.
Diakses tanggal 31 Oktober 2012
Garnisah, Icha. 2011. Coelenterata.
http://www Referensi/coelenterata.html. diakses tanggal 31 Oktober 2012
Hadi N dan Sumadiyo. Anemon Laut
(Coelenterata, Actiniaria), Manfaat dan Bahayanya. Oseana. XVII:167-175.
Nganro N.R. 2009. Metoda
Ekotoksikologi Perairan Laut Terumbu Karang. Bandung: Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati ITB
Sa’adah, Sumiyati. 2010. Materi
Pokok Zoologi Invertebrata. Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Kegururan UIN
SGD
Shimek, R.L. 2006. Main Attraction. Be A Host To Your
Anemone. Reef Hobbyis Online. A Reefland Community. http://www.reefland.com.
Diakses tanggal 31 Oktober 2012
Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata
Air. Jakarta: Penebar Swadaya
nice blog
BalasHapussimple dan ringan untuk dibaca :)